12 Tahapan Yang Saya Lalui Saat Membeli Rumah KPR

Assalamu’alaikum wr.wb. Halo Sahabatku, bagaimana kabar kalian? Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi Pengalaman Saya Beli Rumah KPR. Artikel ini sengaja saya buat agar membantu sahabat sekalian yang ingin kredit rumah namun belum tahu proses dan tata caranya. 

Sebagaimana yang sudah banyak kita ketahui bahwa akhir-akhir ini perkembangan perumahan khususnya yang bersubsidi semakin tinggi. Kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal yang murah dan nyaman ternyata menjadi peluang tersendiri bagi para pengembang untuk semakin melebarkan sayapnya.

Untuk pengajuan kredit KPR sendiri harus melewati beberapa tahap. Namun disini yang akan saya ceritakan adalah tahapan yang saya lalui saat saya mengajukan kredit KPR hingga akhirnya saya diterima dan menempati rumah.

Oke, tidak usah berpanjang lebar, langsung saja pada tahapannya yaitu :

1. Cari Pinjaman Dana Untuk DP


Jujur, sebenarnya saat itu saya belum mampu membeli rumah. Namun yang membuat saya nekad pada waktu itu adalah masa depan keluarga. Saya tidak ingin membesarkan keluarga saya di rumah kontrakan yang sempit, berisik dan kurang asik. Oleh karena itu saya mulai berfikir untuk mencari pinjaman dana entah dari mana asalnya.

Kebetulan saat itu salah satu atasan saya tidak sengaja melihat saya sedang membuka situs rumah KPR di komputer kantor. Atasan saya lalu bertanya ‘’Mau beli rumah Gus?’’ saya jawab ‘’Engga pak, Cuma mau lihat-lihat aja kok’’. Kamudian atasan saya melanjutkan ‘’Nggak apa-apa gus, cari aja mumpung anak belum gede”.

Saya jawab lagi ‘’Iya pak, tapi saya mau ngumpulin duit dulu nih’’. Atasan ‘’yaudah saya bantu Dpnya, memang berapa Dpnya?’’. Saya jawab ‘’Dua belas juta pak’’. Atasan saya melanjutkan ‘’Oke kalau begitu minggu saya bantu Dpnya’’. Jawaban atasan saya bikin saya senang banget saat itu, sayapun mengucapkan banyak terima kasih padanya karena mau membantu saya.

2. Cari Info Rumah Online

Karena atasan saya sudah memberikan satu jalan, maka sayapun semakin semangat untuk mewujudkan impian saya memiliki rumah sendiri. Saya mulai gencar mencari informasi tentang perumahan yang murah dan bersubsidi. Karena menurut beberapa sumber yang saya dengar dan saya baca, rumah bersubsidi cicilannya murah dan terjangkau.

Fokus saya saat itu mencari rumah di daerah Jakarta Selatan, Depok, sampai dengan sekitar Bogor. Saya mulai memilah-milah perumahan mana saja yang masuk kategori yang saya inginkan. Kamudian saya mulai ngeprint satu-persatu alamat perumahan-perumahan tersebut. Hasil print ini nantinya akan saya jadikan patokan saat saya melakukan survey hari Sabtu dan Minggu.

3. Cari Info Rumah Offline


Setelah lima hari kerja saya sempatkan waktu untuk mencari rumah via online dan sudah saya print alamatnya. Maka tibalah hari Sabtu dan Minggu untuk saya pakai survey ke lokasi. Survey saya saat itu saya mulai dari Depok. Kemudian saya melanjutkan suvery ke Sawangan, Citayam, Bojong Gede sampai dengan Citeureup Bogor. Selama survey dua hari tersebut, tidak ada satupun yang menarik hati saya.

Sayapun menunggu sampai minggu depannya lagi untuk kembali melakukan survey. Dan saya kembali pulang dengan tangan hampa karena alasan yang sama seperti minggu sebelumnya. Namun saat itu saya tidak patah semangat sedikitpun, dan mulailah saya menfokuskan ke wilayah yang lain. Di minggu ketiga saya akhirnya membaca sebuah situs yang mempromosikan Perumahan di wilayah Cileungsi, Bogor.

Nama perumahannya Puri Harmoni. Dari tampilan rumahnya sih langsung membuat saya penasaran dan tertarik. Walaupun pada awalnya saya membayangkan bahwa Cileungsi itu sangat jauh, tapi saya tetap bersikukuh untuk melihat sendiri dan menguji sejauh mana sih Cileungsi itu. Hari Sabtunya saat libur tiba sayapun berangkat kesana.

Walaupun awalnya tujuan saya untuk mencari alamat Puri Harmoni, namun di tengah jalan saya juga melewati berapa perumahan dan saat itu saya sempatkan diri untuk bertanya-tanya ke bagian pemasarannya. Namun sayang perumahannya bukan perumahan subsidi dan harganyapun sangat mahal sampai ratusan juta rupiah.

Saya sadar diri bahwa saya tidak akan mampu membeli rumah yang seperti itu, tak lama saya berpamitan kepada bagian salesnya dan melanjutkan perjalanan. Setelah berjam-jam mencari alamat, akhirnya saya menemukan Puri Harmoni 1. Tapi karena unit rumahnya sudah tidak dipasarkan lagi, maka kantor pemasarannya juga tidak ada maka saya melanjutkan perjalanan mencari Puri Harmoni yang berikutnya.

Tak jauh dari lokasi yang pertama saya kembali menemukan Puri Harmoni, namun kali ini bernama Puri Harmoni 5. Lokasinya persis dibelakang Taman Buah Mekarsari. Beruntung disana kantor pemasarannya masih ada. Lantas saya masuk ke dalamnya untuk menanyakan apakah masih ada unit rumah yang masih kosong. Mereka menjawab sudah penuh katanya.

Namun bagian pemasaran ini masih berbaik hati, dia memberikan saya alternatif lain yaitu perumahan Puri Harmoni 6. Setelah mendapatkan beberapa masukan dan saran, tak lama kemudian sayapun pamitan.

4. Booking Fee

Keesokan harinya setelah berdiskusi dengan istri, kami berduapun kembali menuju ke Puri Harmoni 6. Setelah bertemu dengan bagian pemasaran, tak lama kemudian kami diantar ke lokasi menggunakan sepeda motor. Karena saya membonceng istri dan anak saya maka iring-iringan motor sedikit terpisah namun beruntung saya tidka ketinggalan jauh.

Sesampainya di lokasi, saya langsung diantar ke bagian pemasaran di Puri Harmoni 6. Begitu saya masuk, ternyata sudah banyak yang mengantri di dalam. Sehingga sayapun harus menunggu giliran untuk dipanggil sementara istri dan anak saya berada di luar sambil melihat-lihat contoh rumah yang letaknya bersebelahan dengan kantor pemasaran.

Saat nama saya disebut, sayapun langsung masuk ke ruangan dan disana sudah menunggu satu bagian pemasarannya. Maka duduklah saya di kursi sambil menoleh kanan kiri melihat beberapa pajangan, foto dan lain-lain. Bagian pemasaran langsung menyodorkan kepada saya brosur sambil memberikan beberapa keterangan mengenai perumahan yang sedang dia pasarkan tersebut.

Lalu sesudah itu diambillah dari balik mejanya sebuah denah yang sudah di blok-blok dalam bentuk kotak-kotak kecil dan sudah diberi nomor. Kamipun berdialog yang isinya kurang lebih seperti ini :

Pemasaran : ‘’Pak, ini denah rumah yang akan segera dikerjakan dalam waktu dekat’’
Saya : ‘’Ini kok ada yang diwarnai dan ada yang tidak diwarnai, artinya apa ya bu?’’
Pemasaran : ‘’oh..ini, kalau ini maksudnya kalau sudah diwarnai berarti sudah dibooking pak?’’
Saya : ‘’Berarti yang putih-putih ini belum ya bu?’’
Pemasaran : ‘’iya pak, bapak mau booking yang mana?’’
Saya : ‘’kayaknya saya pilih yang ini bu’’ (sambil saya mennjuk ke kotak paling pinggir)
Pemasaran : ‘’kalau yang itu tanah hook ya pak, berarti selain dp bapak harus tambah biaya lagi untuk tanah hooknya’’.
Saya : ‘’waduh, berarti sisanya tinggal yang satu ini ya bu, kalo saya pilih yang tengah?’’
Pemasaran : ‘’iya pak, sebab semua yang ditengah-tengah sudah terbooking, dan sisa yang tanah-tanah hook saja’’
Saya : ‘’oke kalau begitu bu, saya pesan yang tengah saja’’

Disamping itu pihak pemasaran juga menjelaskan tentang uang DP yang besarnya yaitu 12 juta rupiah. DP bisa dicicil 4x setiap bulan yaitu sebesar 3 juta rupiah. Itulah dialog saya dan saya lanjutkan dengan melakukan pembayaran booking fee sebesar 1 juta rupiah. Rasa lega terasa di dada saya karena cita-cita saya sudah mulai tercapai walaupun belum disetujui oleh Bank.

Selesai urusan pembayaran booking fee, saya berpamitan dan langsung menemui orang pemasaran Puri Harmoni 5 yang mengantarkan saya. Saya mengucapkan terima kasih padanya, dan mulai saat itu urusan saya langsung dengan pemasaran Puri Harmoni 6. Saat dia pamit, saya memberikan sedikit uang bensin padanya sebesar 200 ribu rupiah.


5. Cek BI Checking

Atas saran dari pemasaran, saya disuruh untuk pergi ke Bank Indonesia untuk mengecek history nama nama saya. Apakah bermasalah dengan cicilan kredit atau tidak. Karena Bank Indonesia bukanya siang hari hanya sampai jam 3, maka saya meminta izin kantor untuk pergi ke Bank Indonesia. Sesampainya di Bank, saya memarkir motor dan langsung berjalan cukup jauh menuju gedung utama Bank Indonesia.

Lobinya sangat besar dengan pengawalan ekstra ketat. Akhirnya saya bisa juga menemui pihak bank yang berada di lantai dasar. Disana saya diminta menyerahkan KTP asli untuk dicek historynya. Customer service mempersilahkan saya untuk duduk menunggu di kursi belakang. Sekitar lima 10 menit saya menunggu dan akhirnya saya dipanggil juga.

Kemudian customer service menyerahkan KTP asli saya beserta dengan print out history saya. Disana tercatat bahwa saya masing memiliki tunggakan, nilainya sekitar 300 ribuan. Saat itu saya langsung teringat dengan cicilan saya dulu yang pernah mengalami keterlambatan beberapa kali. Dan ternyata benar tebakan saya, pihak Customer Service mengatakan pada saya bahwa saya ada tunggakan di PT. Aeon Credit Service.

Ini terjadi saat saya membeli laptop dengan cara kredit melalui PT. Aeon Credit Service. Kesalahan besar saya adalah tidak pernah mengkonfirmasi saat membayar cicilan. Yang saya lakukan Cuma mentransfer setiap bulan via Bank BCA tanpa menghubungi pihak AEON bahwa saya sudah membayar. Padahal kalau saya mau menghubungi pihak AEON maka masalah ini tidak akan terjadi. Saat pelunasanpun demikian, saya juga tidak mengkonfirmasi ke AEON.

6. Pelunasan Tunggakan Kredit

Hasil print out dari Bank Indonesia membuat saya tersedak dan ingin segera mengambil tindakan. Saat itu yang saya pikirkan hanyalah bagaimana caranya agar segera melunasi tunggakan tersebut sebelum pihak Bank BTN melacak nama saya di Bank Indonesia. Berhubung waktu sudah sore, maka rencana mengurus tunggakan saya tunda sampai besok sambil saya mempersiapkan beberapa berkas berupa kontrak, kwitansi dan bukti setoran ke AEON.

Esok harinya saat berangkat kerja saya langsung menuju ke alamat PT. AEON yang berada di Sudirman. Namun apa hendak dikata, begitu sampai disana saya malah gigit jari, karena menurut keterangan dari satpam PT. AEON sudah pindah kantor ke Kuningan. Ya mau tidak mau saya harus ke Kuningan. Beruntung alamat kantornya bisa saya temukan.

Tanpa buang-buang waktu saya bergegas menuju gedung tempat perusahaan pembiyaan ini berkantor. Customer service menyambut saya dengan ramah dan menanyakan keperluan saya. Langsung saja saya keluarkan dokumen kelengkapan saya, sambil mengutarakan maksud saya, saya sodorkan padanya bukti-bukti yang saya pegang.

Saya dipersilahkan duduk dan dokumen yang saya serahkan tadi dibawa masuk ke dalam ruangan yang berada di belakang Customer Services. Setelah setengah jam menunggu, akhirnya sang Customer Servispun keluar dengan membawa print out tunggakan dan denda saya yang harus dibayar. Saat saya baca saya kaget, sebab nilai yang disodorkan oleh BI berbeda dengan nilai yang diprint oleh pihak PT. AEON.

Namun apa hendak dikata saya tidak berlama – lama langsung saya bayar tunggakan saya itu sebesar 1,2 juta rupiah. Tak lama kemudian CS tadi memberi saya surat keterangan lunas. Walaupun sedikit gondok karena biaya yang membengkak, tapi saya tetap senang karena sudah berhasil melunasi denda-denda saya. Sebelum pergi saya menanyakan kapan riwayat tagihan saya clear di BI.

Customer Services mengatakan bahwa history tunggakan saya akan clear seteleh satu bulan. Untungnya pihak Bank BTN selama satu bulan setelah saya melunasi tunggakan, Bank BTN tidak menelepon. Dan benar saja akhirnya dalam waktu satu bulan itu tunggakan saya clear.

7. Melengkapi Berkas Persyarakatan

Berbagai berkas persaratan sudah saya kumpulkan, mulai dari KTP, NPWP, Buku Nikah, Buku Tabungan, Surat Keterangan Kerja, Slip Gaji, NPWP, Surat Keterangan Belum Punya Rumah dari Kelurahan, Dokumen-Dokumen Administrasi Perusahaan dan lain-lain. Semua itu saya persiapkan demi bisa lolos verifikasi dari Bank BTN.

8. Bayar DP

Nilai DP yang harus saya bayarkan adalah sebesar 12 juta rupiah. Itu belum termasuk booking fee yang harus dibayarkan ke bagian pemasaran. DP ini harus lunas dalam waktu empat bulan kedepan. Setiap bulan saya harus mencicil senilai 3 juta rupiah. Model pembayarannyapun bisa dengan dua macam, yaitu dengan datang langsung ke kantor pemasaran dengan membayar cash atau dengan cara mentransfer dari bank ke alamat rekening yang sudah diberikan oleh pihak pemasaran. Saat itu saya membayar DP pertama di awal bulan.

9. Wawancara

Setelah DP lunas, maka tak berapa lama saya mendapatkan telpon dari pemasaran puri harmoni 6 bahwa diundang untuk melakukan wawancara di Bank BTN Cabang Cibubur. Yang diundang untuk datang adalah saya dan istri saya. Sampai di tahap ini saya merasa cukup tegang, sebab saya takut nanti salah jawab pertanyaan. Namun alhamdulillah setelah saya menghadapinya langsung, rasa tegang dan khawatir itu perlahan-lahan hilang dan sayapun mulai pede untuk menjawab. Wawancara dilaksanakan di lantai dua dan beruntung tidak antri lama karena petugas yang mewawancarai juga banyak. Setelah selesai kamipun disuruh tanda tangan.

10. Masa Tunggu Sampai Diterima

Sambil menunggu pelunasan DP, saya sempatkan diri setiap akhir bulan untuk melihat lokasi perumahan. Lucunya saat itu belum ada rumah yang dibangun kecuali rumah pemasaran saja. Pas saya tanyakan, jawabanya cukup masuk akal, yaitu masih musim hujan. Di lokasi hanya ada satu alat berat yang bertugas meratakan tanah.

Setelah berminggu-minggu menunggu kepastian dan tidak ada kabar dari pemasaran, maka saya berinisiatif untuk menghubungi lewat telepon dan menanyakan soal diterima tidaknya pengajuan KPR saya. Dan alhamdulillah jawabannya ‘’disetujui’’. Saya pun tidak bisa menutupi rasa bahagia yang sangat karena saya tidak menyangka bakalan disetujui. Sayapun diminta oleh bagian pemasaran untuk datang ke kantor pemasaran Puri Harmoni 6 untuk mengambil surat keputusan persetujuan kredit.

11. Akad Kredit

Jarak waktu antara surat keputusan diterima dengan pelaksanaan akad kredit cukup lama. Rasanya sebulan lebih waktu tunggunya. Tapi syukurlah pada akhirnya ditelepon juga untuk melaksanakan akad kredit. Kalau saya tidak salah, waktu itu akad kredit dilaksanakan pada hari Sabtu jam 8 pagi. Saya dan istri diwajibkan untuk datang dengan membawa dokumen-dokumen asli.

Saya juga diharuskan membawa meterai 6000 sebanyak 25 lembar. Jam 6 pagi sayapun berangkat dari Kebagusan menuju Cibubur. Jam 7.15 sayapun sampai di Bank BTN Cabang Cibubur. Wow, ternyata di sana sudah banyak yang datang, sampai-sampai saya dan istri tidak kebagian tempat duduk. Sekitar jam 09.00 wib acara dibuka dengan sambutan dari perwakilan Bank BTN.

Dalam pidato sambutannya ini, dia menuturkan berbagai macam pengalaman yang pernah dia alami selama bekerja di BTN. Setelah selesai, mulailah dipanggil satu persatu untuk menuju notaris. Pada tahap ini yang dilakukan hanyalah mengecek keaslian dokumen yang dibawa. Setelah selesai diperiksa kamipun dipersilahkan duduk kembali untuk menunggu panggilan berikutnya. Pada panggilan yang kedua ini kami diarahkan ke lantai 2 untuk menuju ruangan khusus dimana disana akan disodorkan kontrak yang harus diparaf dan ditandatangan.

12. Terima Kunci


Selesai akad kredit kami turun ke lantai satu, namun sebelum keluar dari bank saya sempat menemui bagian pemasaran dan menanyakan masalah kunci. Katanya kunci sudah disiapkan di Puri Harmoni 6 dan tinggal mengambil saja. Mendengar info tersebut saya dan istri memutuskan untuk langsung mengambil kunci di Perumahan.

Sesampainya saya di kantor pemasaran, saya segera meminta kunci kepada petugas disana dan ditambah lagi dengan mesin air berukuran kecil. Sebelum pulang ke Kebagusan, saya dan istri menyempatkan diri melihat rumah yang sudah dibangun. Akhirnya setelah puas melihat-lihat rumah, walaupun jalan di perumahan masih rusak kamipun pulang dengan hati berbunga-bunga mengucap syukur kepada Allah SWT.

Demikianlah artikel saya tentang 12 Tahapan Yang Saya Lalui Saat Membeli Rumah KPR, semoga artikel yang sederhana ini bisa sedikit membantu bagi sahabat yang ingin mengambil rumah KPR. Terima kasih atas segala waktunya. Wassalamu’alaikum wr.wb.


EmoticonEmoticon