Soto Tangkar Tanah Tinggi Yang Legendaris

Tanah Betawi punya beragam kuliner legendaris. Salah satunya warung Soto Tangkar Tanah Tinggi. Belum afdol rasanya jika tidak menjajal soto di warung yang berumur lebih dari 60 tahun ini. Dirintis oleh Muhammad Ihsan sekitar tahun 1950, warung ini sempat berpindah-pindah tempat. Namun warung Soto Tangkar ini tetap memilih kawasan Tanah Tinggi Jakarta Pusat sebagai warung utama dan dua cabang lainnya di Tangerang.

Image : igx.4sqi.net

Umur boleh tua, tapi rasa boleh diadu. Kuah merah soto yang khas tetap lezat di lidah setiap pelanggannya. Wajar saja, proses memasak secara tradisional jadi kunci kelezatannya. Setiap subuh jam 5 pagi lebih dari 30 kg tangkar dan daging sapi untuk soto dimasak secara perlahan. Untuk menjaga aroma kuah dan kualitas daging, tujuh kuali dimasak diatas kayu bakar. Dan racikan khas bumbu kuali ini dicampur dengan bahan baku lainnya hingga matang dan Soto Tangkar pun siap untuk dijual.

Baca Juga :
Soto Lidah Sapi di Banyuwangi
Santap Pagi Soto Udang Legendaris di Medan

Soto Tangkar berbeda dengan Soto Betawi. Perbedaannya terlihat jelas dari warna kuah dan isiannya. Soto tangkar sendiri ada dua macam yakni Soto Tangkar yang berwarna putih yang mirip dengan Soto Betawi atau Soto Betawi itu sendiri serta Soto Tangkar yang berwarna Merah yang menjadi warna resmi soto ini. Usaha turun-temurun Soto Tangkar ini sudah sampai pada generasi keempat.

Kini dibawah kendali Hasan dan adiknya Ahmad  beserta keponakannya, Soto Tangkar tetap eksis dengan resep warisan keluarga. Hasan menuturkan “Dari tahun 40 sampai dengan sekarang, saya rasa mutu belum berubah. Kalau kita punya mutu atau punya rasa sudah berubah, kayaknya pelanggan-pelanggan kita ini lama-lama akan pergi. Tapi sejak tahun 40-an yang orangnya masih hidup, sampai sekarangpun dia masih makan dan menyukai Soto Tangkar kami”.

Pelanggan setia juga datang dari lintas generasi. Dari pelanggan tua, muda hingga dari luar kota. Idrus misalnya, pria dari kalimantan ini sengaja berburu makan siang di tempat ini. Idrus menuturkan “Saya dari Kalimantan, tepatnya Balikpapan. Saya kebetulan sedang ada tugas dan coba mampir kesini lagi. menurut saya rasa Soto Tangkar disini memang saya senangi dan berbeda dengan Soto Tangkar yang lain yang pernah saya coba. Perbedaannya mungkin pada rasa / tastenya terutama kuahnya memang sangat cocok dengan kami”.

Berbeda dengan Idrus, pelanggan lainnya bernama Sujaya sudah jadi pelanggan Soto Tangkar selama puluhan tahun. baginya Soto Tangkar Tanah Tinggi memiliki cita rasa paling berbeda. Menurutnya “Saya datang kemari bersama ayah saya untuk makan Soto. Rasanya memang enak dan saya sering datang lagi kesini. Seluruh keluarga saya sudah pernah saya ajak menikmati soto disini. Saya memang sudah menjadi pelanggan tetap disini sejak harganya masih Rp. 100 per mangkuk sekitar tahun 1975”. Para pelanggan nikmat sekali melahap kuah soto.  

Pada zaman penjajahan dahulu, orang Indonesia baru mampu membeli bagian tangkar atau tulang muda daging sapi untuk dimasak. Nah, Pak Iksan mengkreasikan tangkar menjadi Soto Tangkar yang akhirnya melegenda sampai dengan saat ini.



Sumber : Net 5


EmoticonEmoticon